Cerita Rumah Hantu Cimanggis Depok
Sang penulis cerita hantu ini tidak mengijinkan saya untuk menshare
kisah selengkapnya. Saya hanya ingin memberikan sekelumit kisah hantu
ini kepada pembaca dan selebihnya silakan dirujuk ke kaskus.
Tempat tinggal kami dulu termasuk dalam kawasan yang sepi, terutama pada malam hari. Memang tidak begitu jauh dari keramaian kota Cimanggis,
merupakan salah satu kota di Depok. Konon orang bilang Depok adalah
tempat Jin buang anak, namun nggak ada sedikitpun ane mempercayai
perihal Jin buang anak dalam cerita-cerita orang.
Untuk mencapai rumah kami tersebut masih harus menggunakan Jasa tukang
Ojek atau naik motor sendiri, karena belum ada angkot yang melewati
daerah kami. Jarak dari Jalan raya Bogor ke dalam memang masih jauh
sekitar dua kilometer. Bila agan naik motor, maka akan dengan leluasa
melihat keindahan di sepanjang jalan, melewati dua buah tanjakan yang
terasa curam. Di Tanjakan ke dua inilah tempat ane dan anak istri
bernaung beberapa tahun lamanya. Rumah dengan kiri kanan kesunyian.
Sebelah kanan hamparan sawah dari lapangan Golf Emeralda yang belum
digunakan oleh perusahaan, sehingga digarap oleh penduduk sekitar.
Lengkap dengan jurang terjal dan empang yang bila dilihat seksama lebih
menyerupai telaga, apalagi bila malam, tampak hitam pekat.
Di sisi depan dan kiri tempat kami terdapat sebuah tanah kosong. Persis
di kiri penuh belukar yang semula digunakan sebagai lapangan bulu
tangkis yang akhirnya dibiarkan mati begitu saja menjadi rimbunan rumput
ilalang. Bila malam hari agan melewati jalanan di depan rumah kami,
pasti akan tergerak untuk melihat kesunyian yang mendirikan bulu roma,
yang hanya terdengar desau angin dan gesekan rumput ilalang.
Tepat di rumah kami ini, jangan harap agan mendapatkan penerangan jalan
dari rumah kami. Meskipun ada beberapa stop kontak dan bekas lampu
penerang di depan rumah, tapi tidak pernah lagi kami nyalakan. Mungkin
orang akan menuduh betapa pelitnya kami sampai lampu jalan atau minimal
lampu depan rumah saja nggak dinyalakan. Itu mungkin pendapat orang yang
baru lewat. Mungkin. Tapi bagi penduduk sekitar kampung kami tentunya
tidak asing lagi dengan hal gelapnya depan rumah kami. Sengaja kami
tidak menyalakan lampu depan rumah karena kami sudah merasa bosan untuk
menyalakannya. Kenapa Bosan? Kelak agan akan mengetahui dengan
sendirinya nanti.
Rumah ini kami tinggali sejak beberapa tahun yang lalu. Ane bangga
menempati rumah dengan desain yang artistik dan terletak di dataran
tanah yang cukup tinggi dibanding tanah sekitar, sehingga jika dilihat
dari bawah tanjakan, akan nampak seperti Villa di atas bukit.
Rumah ini kami beli dari seorang pensiunan Kolonel Tentara yang pindah
karena sesuatu hal. Hari pertama kami menempati rumah ini, seperti
lazimnya orang pindahan kami melakukan selamatan dengan mengundang
beberapa tetangga. Malamnya kami lewatkan dengan tidur yang pulas karena
suasana sekitar rumah memang asri dengan hawa dingin menyejukkan dibawa
oleh angin dari padang golf.
Beberapa hari lamanya tinggal di sini tak ada kejadian yang aneh, sampai
pada suatu pagi Ane mendapati rokok filter yang baru saja ane beli, hilang secara misterius.
Sebungkus rokok itu baru ane hisap satu batang, lainnya masih utuh.
Itulah awal mula keanehan yang kami dapatkan. Kalau hilangnya bukan
didepan mata ane sendiri, mungkin ane nggak peduli. Toh hanya sebungkus
rokok, apa artinya sebungkus rokok yang hilang. Tapi yang membuat Ane
penasaran adalah bahwa rokok itu hilang di depan mata ane sendiri, di
mana nggak ada seorangpun yang lewat atau pernah bergabung beberapa
waktu sebelumnya di sini. Ane anggap hilang begitu saja, dan melupakan
kejadian itu, dua hari kemudian Ane dikejutkan dengan kemunculan kembali rokok ane yang hilang
tepat di tempat semula. Rokok itu masih utuh, tepat kurang satu batang
karena sudah ane hisap sebelumnya. Ane tanya pembantu ane, apakah dia
yang sengaja berbuat begitu untuk mengerjai atau menakuti ane, nyatanya
bukan dan pembantu ini juga merasa takjub bercampur ketakutan. Lagi-lagi
ane anggap bahwa kejadian yang ane alami ini hanyalah kebetulan atau
mata ane yang salah lihat.
Ane punya anak kecil, laki-laki yang berusia 1,5 tahun waktu kami baru
menempati rumah ini. Nggak ada lain dan bukan, yang dikerjakan anak ane ini nangis tiap hari.
Bagi ane mendengar tangis bayi terus-menerus adalah hal yang biasa.
Tapi kalau tangis itu berkepanjangan dan tak henti-hentinya, tentulah
jadi masalah juga bagi kami.
Kami sengaja memberikan pengasuh khusus pada bayi Kami ini, seorang ibu
paruh baya yang cukup rajin dalam mengerjakan sesuatu. Ibu ini sangat
tanggap pada apa yang harus dia kerjakan tanpa kami menyuruhnya. Dia
mulai bekerja setelah pembantu yang pertama pulang tanpa sebab musabab
yang jelas. Kehadiran ibu ini ditengah-tengah kami adalah hal yang
istimewa, di mana kami menganggap dia sebagai ibu kami sendiri. Di
saat-saat kami mulai dicekam rasa penasaran dan ketakutan dengan
kejadian demi kejadian aneh, keberadaan seseorang yang lebih tua dari
usia kami adalah anugerah, minimal kami merasa nyaman, terutama dari
hal-hal yang aneh. Sikecil pun mulai berkurang tangisannya. Kami lalui
hari-hari dengan tenang dan menyenangkan sampai pada suatu saat kami
kedatangan orang tua kami.
Tanpa kami sangka-sangka, si Ibu pengasuh bayi ini secara tiba-tiba mengajukan berhenti dari pekerjaannya dengan mendadak
0 komentar:
Posting Komentar